Google

Sunday, May 21, 2006

Alhamdulillah.......

#1 Jengkel ::.
Hari Rabu Pagi, tepatnya pada saat saya bolos kuliah Keprofesian, komputer saya mengalami depresi berat. Dia Error waktu ku-install Linux Slackware. lebih dari 8 kali kucoba untuk meng-install lagi...lagi dan lagi.... tetapi tak kunjung berhasil. Bahkan tidak bisa masuk Windows lagi (karena MBR-nya rusak).

#2 Titik Terang
Kamis Siang, dengan bantuan teman saya dari Prolab, MBR bisa kembali normal, dan bisa masuk Windows. Alhamdulillah.......akhirnya saya mencoba burn CD slacware yang baru. Langkah demi langkah saya lalui.....dan akhirnya.....
Alhamdulillah, Llinux Slackware terinstall dengan sempurna.

#3 Muncul masalah baru
Setelah semua proses instalasi berhasil, kini waktunya setting jaringan. Setting punya setting, ternyata tetap gak bisa konek ke DNS-nya. Entah kenapa ? kucari tahu ke lab jarkom, dan ke lab2 yang lain, ternyata mengalami kasus yang sama. Gara2 itu juga, setting VPN Error juga.

#4 Tanya ke Pakar
Setelah putus asa, akhirnya saya tanya ke temen satu kost(master of Unix). Dengan santainya dia menjawab : "oh iya.... sekarang DNS di Linux diganti dengan yang baru.". waks !! Meskipun agak kaget, tapi Alhamdulillah saya dapat informasinya. Tapi VPn ? masih error

#5 Mendatangkan personil Asisten Jarkom
Karena dah pusing banget, akhirnya saya mendatangkan salah satu asisten jarkom untuk setting VPN, dan ternyata gagal juga.

#6 Kebenaran telah terkuak
Setelah semua usaha gagal, secara tidak sengaja terbuka file khusus untuk setting VPN. Saya bandingkan dengan file defaultnya. Dan tahu apa yang terjadi....?? Ketika saya amati, kok ada yang aneh...??? dan ternyata...............
ternyata......................................................................................................
Penyebab erornya VPN adalah : secara tidak sengaja ada satu huruf di file tersebut yang saya hapus. wakakakakakakakakakakakak

Astaghfirulloh....ternyata : sebuah kelalaian kecil bisa menyebabkan suatu masalah yang besar..........

#7 Final
Alhamdulillah, setelah semuanya itu diperbaiki, akhirnya bisa jalanlah VPN dan jaringan di slackware saya. Alhamdulillah............

Hidup Slackware !!!!

= = = = = = = = Mantabz = = = = = = = = =

Friday, May 19, 2006

Di saat hati ini gundah gulana.........

Hidup di dunia......sebentar saja..........sekedar mampir...............sekejap mata.........

hmmmm hidup kita hanya sebentar di dunia ini. Tapi, godaan dan gangguan selalu saja ada. Tak pernah henti2-nya syaiton berusaha menggoda iman kita.

Terkadang gw muak dengan diri ini !! Terkadang saya tahu.....bahwa apa yang kulakukan adalah salah, dan tidak seharusnya kulakukan !! Hati ini sebenarnya bisa berteriak, dan berucap "Rofiq....., Hentikan !!!!"

Namun, saya masih tetap terbuai oleh kenikmatan atas apa yang kulakukan itu. Waktu terbuang sia2 !!

Saya tidak ingin seperti itu !! Saya ingin berubah !!
Ya Alloh..........berikanlah saya ke-Istiqomahan.............

Alloohu Akbar !!

- curahan hati 20 Mei 2006, jam 1/2 satu siang, pada saat gw di commonlabz....

Thursday, May 11, 2006

Memasuki Awal Kehidupan Berumah Tangga

Menikah merupakan sunnah para nabi dan para rasul, disamping sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan dan karunia nikmat dari Allah. Melalui pernikahan, manusia yang berpasangan laki dan perempuan akan memulai menjalani kehidupan baru, yaitu kehidupan rumah tangga, yang menjadi dambaan setiap manusia di muka bumi ini. Demikian ini sudah sunnatullah, yang merupakan siklus kehidupannya sebelum semuanya berakhir, yaitu mendapatkan keturunan.

Di hadapan sepasang suami-istri tersebut membentang berbagai permasalahan yang harus dihadapi bersama. Permasalahan di dalam keluarga sangatlah kompleks dan saling berkaitan, antara satu dengan lainnya. Tidak hanya dari segi syari'at, dunia kesehatanpun akan dihadapinya serta akan mempengaruhi bagaimana syariat itu dijalaninya.

Bagi para calon pasangan yang akan memasuki bahtera rumah tangga, juga bagi mereka yang memulai menapaki kehidupan baru, perlu sedikit mengetahui beberapa hal berkaitan dengan celah-celah kesehatan yang akan mewarnai kehidupannya.

1 Pasca Menikah

Setelah prosesi pernikahan, pasangan baru yang biasa disebut pengantin baru, akan selalu mendapatkan perasaan yang penuh suka cita. Mungkin, masa inilah puncak keindahan dan dambaan setiap insan, baik laki- laki maupun wanita.

Di balik rasa kegembiraan ini, tidak sedikit keluhan yang dialami pasangan baru. Selain harus beradaptasi dalam hal kepribadian masing-masing, masalah kesehatan hampir selalu terjadi pada awal kehidupan barunya. Secara fisik, keluhan sering terjadi pada pihak wanita.

Beberapa hari, bahkan sampai beberapa bulan setelah menikah, sang istri yang sebelumnya masih perawan atau gadis, biasa akan mengeluh sakit di daerah farji, kemudian berlanjut mengeluh nyeri saat buang air kecil. Terkadang mengalami kesulitan buang air kecil. Lebih lanjut, bisa beresiko terkena infeksi saluran kencing, terutama mereka yang sebelumnya pernah mengidap penyakit ini. Tak ketinggalan nyeri pinggang dan punggung akan menyertai hari-hari baru sang istri.

Dengan berjalannya waktu, keluhan-keluhan tersebut bisa menghilang dengan sendirinya. Apabila sakit pada saat berkemih maupun nyeri di daerah farji terus-menerus, sangat dibutuhkan pengertian dan keikhlasan dari sang suami, yakni untuk sementara tidak melakukan sanggama, sampai rasa nyeri itu hilang. Jika kondisi istri masih sakit, namun tetap dipaksakan untuk berjima' meskipun semuanya ridha justru tak akan mendapatkan kenikmatan yang sempurna, serta bisa menyebabkan sakit sang istri akan bertambah parah. Bila keluhan nyeri tidak berkurang atau hilang, sebaiknya segera diantisipasi. Obat-obat analgetik bisa meredakan nyeri tersebut. Bila perlu diberi antibiotic, bila terjadi infeksi di saluran kencing dan daerah farji.

Ada lagi penyakit yang tiba-tiba datang pada saat pengantin baru ini, yaitu gastritis akut. Dikenal dengan penyakit maag. Hal ini disebabkan istri sering terlambat makan, lantaran selalu menunggu sang suami tercinta datang dari mencari nafkah untuk bisa makan berdua. Untuk mencegah datangnya penyakit maag ini, sebaiknya makan tepat waktu, atau saat perut sudah merasa lapar. Kalau menghendaki makan bersama suami, makanlah dengan porsi sedikit lebih dahulu, atau makan camilan untuk mengusir rasa lapar tersebut, kemudian bisa diulangi lagi pada saat suami datang. Hati-hati bagi mereka yang sebelumnya sudah terkena penyakit ini, sebaiknya lebih dijaga supaya penyakit tersebut tidak lebih parah.

Selain pihak istri, sang suami pun setelah menikah terkadang mengalami kecemasan berlebihan. Ini biasa terjadi pada mereka yang mengalami ejakulatio dini (keluar mani lebih awal). Hal ini tidaklah perlu dikhawatirkan, karena kondisi tersebut masih dalam keadaan normal sebagai pengantin baru.

2 Menghadapi Kehamilan

Seorang wanita yang sudah bertekad untuk menikah, jauh-jauh sebelumnya harus mempunyai wacana bahwa pasca menikah akan ada hasil cinta kasih bersama suami, yaitu kehamilan yang merupakan takdir dan kehendak Ilahi. Dengan siap untuk hamil, maka secara psikis, kehamilan bisa dihadapi dengan hati ikhlas dan ketenangan.

Kehamilan pertama akan selalu dinanti dan diharapkan oleh setiap pasangan baru. Namun demikian penantian dan harapan janganlah disikapi terlalu berlebihan. Berserah diri kepada sang Pencipta itu lebih baik dalam mengharap kehamilan pertama ini, karena berkaitan juga dengan masalah takdir Allah, dengan tetap selalu melakukan ikhtiar. Sehingga pasangan yang belum diberi karunia anak tidak akan merasa cemas yang berlebihan (anxietas). Kecemasan ini, secara psikis bisa menjadi pemicu terjadinya konflik hubungan suami-istri.

Setelah dinyatakan istri hamil, maka kegembiraan akan terpancar dari pasangan baru ini, dan akan disambut juga oleh keluarga serta kerabat lainnya. Masa hamil muda atau masa mengidam akan dilalui- nya, biasa berlangsung sampai 4 bulan. Namun tak semua wanita hamil muda mengalami masa ini. Mual dan muntah biasa mengiringi ibu hamil muda. Terkadang sampai berlebihan (hiperemesis gravidarum}, sehingga istri mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi, yang bisa berakibat lebih buruk terhadap kesehatan dan perkembangan bayinya.

Hadapilah masa ini dengan banyak istirahat. Atasi mual muntah dengan obat-obat anti mual atas resep dokter. Jangan minum sembarang obat anti mual. Usahakan agar selalu minum untuk mencegah dehidrasi dan lemas di tubuh. Dianjurkan menkonsumsi multivitamin, supaya tubuh tidak terlalu lemas. Bila istri mengidam, sangat dibutuhkan kesabaran suami, dan bersikap bijaksana, misalnya dengan memberikan makanan atau minuman yang disukai istri. Namun demikian, si istri pun harus bijaksana dan mengerti, untuk tidak selalu merepotkan dan menyibukkan suami gara-gara mengidam ini, sehingga pekerjaan utama mencari nafkah terabaikan, terlebih lagi dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

Pada masa mengidam, sebaiknya mengurangi frekuwensi senggama untuk menghindari bertambah lemahnya kondisi istri. Tetapi, jika memungkinkan bisa dilakukan dengan hati-hati.

Saat kehamilan ini, perlu perhatikan beberapa penyakit yang kadang-kadang singgah. Di antaranya batuk-batuk, sakit kepala, gatal-gatal di kulit, selesma, gangguan kencing, nyeri pinggang bawah serta tulang belakang, nyeri perut bagian bawah dan lain-lain. Penyakit ini hanya ringan, kadang hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia kehamilan. Namun, apabila penyakit tersebut memperburuk kondisi, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau dokter.

Semakin tua masa kehamilan, kondisi fisik istri akan kembali pulih. Sebaiknya periksa kehamilan secara teratur untuk mengetahui kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat. Juga perlu diperhatikan, bahwa berjima' pada saat sang istri hamil besar dan menjelang saat melahirkan, akan kurang baik bagi kondisi ibu. Seperti halnya hamil muda. Bila terpaksa harus melakukan berjima', maka dilakukan dengan hati-hati, dan sang istri tetap tidak dalam keadaan keletihan.

3 Menyambut Kehadiran Si Buah Hati

Sebelum si buah hati hadir di hadapan ayah dan ibunya, sudah tentu istri harus menjalani proses persalinan. Hadapilah persalinan ini dengan tawakal dan ridha kepada Allah. Rasa sakit saat melahirkan dan ikhlas menerimanya, harus sudah dicamkan jauh-jauh sebelum- nya, sehingga secara mental istri sudah siap menjalaninya.

Tidaklah sedikit kaum ibu, setelah melahirkan kadang mengalami kebingungan atau mengalami depresi sesaat. Hal ini disebabkan proses persalinan yang menimbulkan stres dan kelelahan berkepanjangan. Apalagi kelelahan ini berlanjut, karena harus merawat si kecil atau karena menyusui.

Kadang-kadang, bayi yang baru lahir membuat sang ibu bertambah lelah, karena kelakuan bayi. Misalnya sering menangis atau rewel, sehingga kesempatan untuk beristirahat tidak ada sama sekali. Bayi rewel atau sering menangis, ada beberapa kemungkinan penyebabnya. Di antaranya, karena kencing atau pipis, buang kotoran dan ingin segera diganti popoknya, air susu yang belum lancar, kondisi tali pusat bayi karena infeksi, atau ada gigitan serangga dan lain-lain.

Bantuan dan dukungan suami sangat penting untuk memulihkan kondisi fisik dan mental istri. Misalnya, secara bergantian menjaga sang bayi. Kita contoh teladan Nabi Muhammad yang suka membantu istrinya. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:

"Rasulullah suka membantu pekerjaan istrinya. Dan jika tiba waktu shalat, beliau keluar untuk menjalankan shalat".1

Banyak dari kaum istri mendapati sebuah kebahagiaan, kesenangan dan ketenangan dalam menjalankan pekerjaan- pekerjaan rumah tangganya, manakala ia ditemani dan dibantu oleh sang suami tercinta. Namun demikian, istri juga harus pintar merawat dan mengasuh anak, serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya, sehingga tidak sering meminta bantuan suami, karena tugas suami yang utama adalah mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya.

Bisa terjadi, karena tidak ada saling pengertian dan pembagian tugas di antara suami istri, sehingga menimbulkan perselisihan dan percekcokan yang berakibat buruk, yaitu perceraian, karena istri tidak sabar merawat dan mengasuh bayi, ataupun sang suami sangat egois tidak mengerti kondisi istri yang kerepotan.

Kadang juga, karena kelelahan yang berkepanjangan dan emosi belum stabil, sang ibu akan sering marah dan jengkel melihat si kecil yang terlalu rewel. Hal ini akan berakibat kurang baik bagi bayi, juga bagi ibunya sendiri, karena ada gangguan hubungan secara psikologis antara ibu dan bayinya. Dan justru menyebabkan bayi bertambah rewel atau tidak tenang. Tentunya hal ini bisa dihindari dengan mencari penyebab kerewelan bayi tersebut, sehingga bisa segera diatasi bersama.

Seorang ibu sebaiknya selalu penyabar dan penyayang terhadap keluarganya, karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan Rasulullah menganjurkan kepada para wanita untuk selalu menyayangi anak-anaknya.

Sangat dianjurkan, apabila ibu terlalu letih pasca melahirkan, untuk segera mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi tinggi. Bila perlu, minumlah multivitamin atau suplemen makanan ataupun minuman. Usahakan untuk bisa beristirahat, meskipun hanya sebentar. Dibolehkan juga meminta bantuan orang lain (khadimah) ataupun keluarga untuk mengurangi kerepotan keluarga. (dr. Ira).

Sumber:

1. Kado Pernikahan, Syaikh HafizhAli Syuaisyi', terjemahan, Pustaka al Kautsar, Juli 2005.
2. llmu Kebidanan dan Kandungan, Sarwono P, 1983.

Wednesday, May 10, 2006

Bingung....Gak ngerti......

He he he, kali ini bukan tentang pernikahan....
Saya hanya ingin mencurahkan perasaan saja....

Tidak jarang saya mendapat sms atau mendapat telepon dari beberapa orang yang kebanyakan dari mereka menyatakan :
"Fiq, kok smsku gak dibalas ? Lagi marah ya....? ya udah deh, saya gak akan telepon2 kamu lagi, takut ganggu !!"

"Fiq, kok smsku gak dibales? Maaf kalo ganggu ya....."

dan lain sebagainya.................

Kadang saya bertanya dalam hati......
memang saya tidak membalas sms maupun telepon mereka......
tapi, bukannya saya tidak mau membalas.....

setiap kali saya meminta maaf atas tindakan saya itu, mereka pasti berkomentar :
"udah, saya gak akan sms lagi kok, khan ntar bisa ganggu lagi...."

dalam hati saya berucap :
"Bukan !! bukan hal ini yang kuminta........!!!. Saya tidak bisa membalas sms atau telepon kalian bukan berarti saya terganggu akan hal tersebut......bukan.....
Saya tidak berharap akan pengertian mereka, tapi, setidaknya saya punya alasan untuk hal tersebut.....
apakah saya memang terkenal sebagai orang yang tidak peduli? entah, kadang saya bingung... apakah memang itu dah sifat saya...??

hemmmmmmmmmmmmmmmmm. Entah................

Monday, May 08, 2006

Menikah Tanpa Cinta

Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta.Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan.Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur'an dan al Hadist

"Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin

dengan bakal suaminya" ( Al Baqarah ayat 232)

"Dari Ibnu Abbas ra , bahwa seorang wanita datang kepada nabi saw , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu nabi saw memberikan hak kepadanya untuk memilih (HR Abu Daud)

Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.


Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadis

"Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya , jika melihatnya itu untuk meminang , meskipun wanita itu tidak melihatnya "(HR Ahmad)

Memang benar dalam beberapa kasus , pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya.Tapi apakah hal ini selalu terjadi , bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan , kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain.


Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Allah SWT. Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan.


Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya.

Keluarga Ideal

"Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam kemudian mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya, maka suaminyapun menegerjakan shalat. Jika suaminya menolak bangun, ia percikkan air pada wajahnya." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Hadits ini bisa dipelajari dari berbagai sudut. Dari sudut kehidupan rumah tangga, jelas nampak betapa sebuah keluarga harus dibangun atas dasar keimanan yang kuat. Hanya keluarga yang imannya kuat saja yang mampu melaksanakan hadits ini.

Tonggak utama keluarga adalah suami istri. Kedua unsur ini harus memiliki bobot keimanan yang sama, sehingga ada keharmonisan dalam mengayuh sebuah kendaraan yang mesti melalui berbagai belokan dan tanjakan. Pertama yang harus sama adalah imannya, baru kemudian yang lainnya.

Tentu saja hal ini harus dimulai dari sejak pemilihan calon suami atau istri. Yang harus sekufu (seimbang) pertama kali adalah visi, missi, cita-cita, ideologi, yang terangkum dalam kualitas imannya. Soal tingkat pendidikan, harta kekayaan, status sosial, latar belakang, kecantikan dan ketampanan, sekalipun tetap patut dijadikan pertimbangan namun bukan yang nomor satu.

Memang benar bahwa dalam soal ibadah masing-masing individu menanggung beban dan pahala atau siksa yang sama. Ibadahnya suami tidak bisa ditransfer untuk istrinya, demikian juga sebaliknya. Apa yang dikerjakan oleh suami adalah untuk suami, sedang yang diperbuat oleh istri -baik atau buruk- adalah untuk istri. Dalam kaitan ini suami istri punya kedudukan yang sama. Allah berfirman: "Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)

Lewat hadits di atas, Islam juga menolak gagasan bahwa surga dan nerakanya istri itu tergantung pada suaminya. Ajaran Islam secara tegas menyatakan bahwa seseorang hanya menanggung apa yang diperbuatnya. Di luar itu adalah tanggungan orang lain.

"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS. Al-Baqarah: 286)

Bahkan suami istri tidak bisa saling menolong pada hari perhitungan. Demikian juga anak tidak bisa menolong orang tuanya atau sebaliknya, apalagi harta benda. Allah menggambarkan dalam surah Asy-Syu'ara: 88, bahwa pada hari kiamat itu tidak lagi bermanfaat harta maupun anak-anak. Masing-masing orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ayah, ibu, anak adalah hubungan fungsional, yang masing-masing akan mempertanggungjawabkan fungsinya sendiri-sendiri kelak di hadapan Allah.

Kesempatan untuk saling menolong itu justru ada dan terbuka luas semasa hidup di dunia. Malahan pernikahan, hubungan suami istri dan hubungan kekeluargaan diadakan untuk tujuan saling menolong ini. Suami menolong istri, istri menolong suami, orang tua menolong anak, dan sebaliknya, anak menolong orang tua. Di sini terjadi interaksi, bahkan interdependensi.

Tolong-menolong itu tidak sebatas pada masalah-masalah duniawi, tapi juga pada masalah ukhrawi. Dalam hal ibadah, suami istri perlu saling membantu. Jika istri dalam keadaan lalai, maka suami yang mengingatkan. Sebaliknya, jika suami yang lalai, maka istri berkewajiban untuk meluruskan. Ada mekanisme taushiyah yang hidup sepanjang hari. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6)

Salah satu aspek penjagaan yang tangguh adalah terbangunnya lembaga taushiyah, di mana suami bisa mengingatkan istri dan istri bisa menegur suami. Demikian juga orang tua bisa membimbing anak, dan anak bisa berdialog dengan orang tua.

Lembaga ini mutlak adanya, sebab selamanya manusia tidak pernah ma'shum. Artinya, peluang untuk berbuat maksiat selalu saja ada. Lembaga taushiyah harus terus-menerus dibangun dan diperjuangkan oleh semua unsur rumah tangga. Dengan demikian, teguran ringan sampai teguran yang keras sekalipun tetap bisa diterima. Bahkan menjadi budaya. Lembaga ini dihormati dan dijunjung tinggi, sehingga semua unsur yang ada -ayah, ibu, anak- taat asas. Tidak ada yang membangkang atau tersinggung.

Hadits di atas menggambarkan sebuah keluarga yang di dalamnya telah hidup lembaga taushiyah, sehingga sampai pada ibadah sunnah atau ibadah tambahan (nafilah), mereka tetap saling mengingatkan. Jika terhadap yang sunnah saja mereka bisa saling mengingatkan, apalagi terhadap yang wajib. Jika untuk membangunkan shalat malam saja mereka bisa sampai memercikkan air ke wajahnya, apalagi untuk membangunkan shalat shubuh. Tanggung jawab akhirat ternyata harus dipikul bersama oleh semua unsur keluarga. Meskipun suami menjadi kepala rumah tangga, tapi istri tidak boleh pasif. Kontrol istri tetap harus jalan. Semua harus aktif partisipatif dalam membangun kehidupan dunia dan akhirat.

Keluarga ideal selalu membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian. Sepertiga malam pertama digunakan untuk bercengkerama dengan keluarga, sepertiga malam kedua dipakai untuk istirahat, tidur, sedang sepertiga malam terakhir dimanfaatkan untuk menyambung hubungan dengan pencipta-Nya, shalat malam.

Pembagian ini sangat adil, sebab semua kebutuhan bisa terpenuhi. Hak keluarga bisa diberikan, hak pribadi jalan, dan hak Allah juga terlaksanakan. Inilah sebuah model kehidupan yang harmonis dan berkeadilan.


Alangkah indahnya rumah tangga seperti ini. Sebuah keluarga yang hidup bahagia dalam ridha Allah swt.

Pasangan Hidup

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri.

Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.

Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.

Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri." Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku? Ia terdiam. "Tentu saja tidak, "jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi.

Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya. Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga. "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku? Istrinya menjawab, Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.

Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku? Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku."

***

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini. Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak. Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.